|
Tolak Radikalisme dan Komunisme |
BATAM I
EXPOSSIDIK.COM - Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) HMI Cabang Batam bersama Remaja
Masjid Kawasan Industri Batamindo (RMKIB), menolak segala bentuk
radikalisme atas nama agama serta paham komunisme. Penolakan tersebut
diwujudkan dalam kegiatan dialog keagamaan dengan tema 'Peningkatan
Peran Pondok Pesantren dalam Meredam Paham Radikal', Minggu (22/5) kemarin di Batam
Melaui Pers rilisnya, Direktur LDMI HMI Cabang Batam, Muhammad
Andriansyah mengatakan bahwa kegiatan dialog keagamaan, yang
disejalankan dengan peringatan Isra' Mi'raj serta menyambut Ramadhan
1437 H, bertujuan untuk memfilter paham radikal terutama yang ada di
Batam.
"Pesantren semakin termarjinalkan,
dengan isu-isu terorisme. Padahal, peran pesantren sebagai founding
father kemerdekaan bangsa Indonesia tidak bisa dipungkiri. Kiyai dan
santri pomdok pesantren memiliki andil langsung dalam pembentukan negara
Indonesia," kata Andriansyah.
Pendiri
pesantren terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, isu yang mendeskreditkan
pesantren sebagai sarang terorisme adalah salah besar.
"Pemerintah
sebaiknya lebih memberdayakan pesantren terutama dalam peningkatan
sumber daya manusia serta pembenahan infrastruktur. Hal ini dibutuhkan
agar pesantren dapat berkiprah lebih baik dalam mencetak generasi yang
berwawasan teknologi dan kebangsaan," katanya.
Ketua
MUI Kota Batam, K.H Luqman Rifai, yang hadir sebagai narasumber
mengatakan, bahwa peran pesantren sebagai benteng penjaga ideologi
bangsa bukalah sesuatu yang berlebihan. Pesantren dalam perkembangnya
telah mampu menjawab tantangan globalisasi. Namun, ia menyebut bahwa ada
beberapa hal yang perlu dibenahi dalam pesantren.
"Perlu
dilakukan pembinaan dan pengkaderan santri berwawasan kebangsaan. Hal
ini perlu ditunjang dengan pembenahan kurikulum dan silabus pesantren.
Selain itu, pesantren perlu dilbatkan secara intensif dalam
program-progam terkait pembangunan bangsa, " katanya.
Selain
itu, Luqman juga mengharapkan adanya pola hubungan yang sinergis antara
ormas/lembaga dakwah Islam di Batam. Sinergitas tersebut akan
menguatkan dalam rangka menangkal segala bentuk radikalisme serta paham
komunisme.
Sedangkan dari kalangan akademisi,
Gita Indrawan mengatakan bahwa gerakan komunis di Indonesia hari ini
telah mengalami transformasi perjuangan dari perjuangan melalui kontak
fisik dan senjata sekarang berubah menjadi perjuangan melalui ide,
gagasan, opini dan perang pemikiran. Inilah bahaya laten yang
sesungguhnya.
"Antara komunis dan Pancasila
tidak dapat hidup berdampingan. Alasannya adalah komunisme tidak sesuai
dengan kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia, dimana bangsa
Indonesia sangat mengakui adanya Tuhan sesuai sila pertama dari
Pancasila yang menjadi ideologi negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia," katanya.
Hadir sebagai narasumber
dari Kementrian Agama Kota Batam, Drs. Khairudin dan Kasat Intelkam
Polresta Barelang, Kompol Irham Halid. Kompol Irham Halid menyampaikan
tentang temuan kepolisian terkait atribut kaos berbau komunisme yang ada
di Kota Batam.
"Kepolisian telah menemukan
kaos berlambang palu arit di Batam, sejak tanggal 30 April 2016 hingga
16 Mei 2016, sudah ada 7 temuan. Diantaranya di Pelabuhan Batam Center,
di Kampung Baru RT 02 RW 04 Kel. Tg Riau Sekupang Kota Batam, serta di
pasar seken Bengkong Laut, " katanya.
Pada
kegiatan tersebut juga dilakukan penandatangan kesepakatan bersama untuk
menolak aksi radikalisme atas nama agama, serta penolakan paham
komunisme di Indonesia. Dialog yang diikuti oleh puluhan jamaah masjid
Nurul Islam tersebut, diakhiri dengan foto bersama didepan spanduk yang
bertuliskan 'Tolak Radikalisme dan Komunisme, Wujudkan Islam Rahmatan
Lil Alamin'.***