EXPOSSIDIK.com, Batam -- Humas PT PLN Batam, Yoga, mengatakan perusahaan PLN saat ini memerlukan suntikan dana segar berupa kenaikan tarif untuk operasional pembangkit tenaga listrik sebesar 15 persen pada bulan ini. "Jika tidak diakomodir, maka PT. PLN Batam terancam akan bangkrut," kata Yoga melalui via WhasApp, Selasa, 12 September 2017.
Yoga menuturkan PT. PLN Batam dalam mengoperasionalkan pembangkit listrik saat ini terkendala oleh mahalnya biaya produksi.
Menurut Yoga, biaya produksi listrik PT. PLN Batam sebesar Rp 1.400/KWH, sementara harga jual listrik ke konsumen rumah tangga rata-rata Rp 1.100/KWH.
Yang paling terasa, katanya, ketika ada salah satu pembangkit listrik yang sedang rusak dan dimaintenance. "Kita tidak sanggup mengoperasikan pembangkit yang lain."
Jika dilihat, terangnya, ada selisih harga sebesar Rp 300/KWH yang harus dibayar PT. PLN Batam kepada pengguna listrik rumah tangga. Padahal, PT. PLN tidak disubsidi oleh pemerintah dari selisih beda harga tersebut. "Dan, ini yang ditutupi PT. PLN terus," katanya.
Yoga menyampaikan, jika permasalahan keuangan PT. PLN tidak diantisipasi sejak dini, dan PT. PLN tetap dipaksakan terus nyala, maka akan menyebabkan aliran listrik se-Batam mati total.
Yoga mengungkapkan terjadinya pemadaman listrik di Batam sejak awal September 2017. Ia juga tidak bisa memastikan sampai kapan pemadaman ini tetap terus berlajut. Yang pasti, dari sebanyak 270 ribu pelanggan, PT. PLN menginginkan adanya kenaikan tarif lagi di bulan ini sebesar 15 persen untuk menutupi biaya operasional.
PT. PLN Batam adalah Pemegang Izin Usaha Ketenagaalistrikan Untuk Umum (PIUKU) dengan wilayah kerja Batam, Rempang, dan Galang. Selain itu, PT. PLN Batam adalah perusahaan swasta dengan kepemilikan sahan 99,9 persen swasta dan 0,01 persen Yayasan Pensiunan PLN (Pesero).
ALBERT ADIOS GINTINGS