LINGGA | EXPOSSIDIK.COM - Terkait masalah ekonomi yang berdampak pada pendapatan masyarakat, maka saat ini mulai marak kembali aktivitas penambang timah di Lingga.
Padahal kegiatan ini sempat dihentikan untuk sementara, pasca di eksekusi oleh pengadilan beberapa tahun lalu.
"Walaupun harganya dibawah Rp100 ribu per kilo, namun pekerjaan menambang tersebut tetap di lakoni mengingat beban ekonomi yang di alami masyarakat," ungkap Jon Cosmos aktivis Lingga yang tergabung dalam LSM Peduli, Kamis (1/12)
Menurut Jon, para pekerja yang menambang timah di Lingga tidak memiliki patokan harga jual atas barang tambang tersebut, sehingga harga di bawah Rp100 ribu per kilonya.
Lanjutnya, di Singkep saja saat ini sudah ada ratusan mesin mini yang dioperasikan untuk aktivitas penambangan tersebut dengan rata- rata per mesinnya menghasilkan 15 kilo gram timah.
"Jika diasumsikan 100 mesin saja dengan hasil tambang 15 kilo gram berarti sudah 1.5 ton perharinya," terang Jon.
Sementara itu, untuk penampung timah yang berasal dari masyarakat, hingga saat ini di daerah Singkep terdapat 4 orang penampung yaitu JT, AK, JN dan BD dengan kaki tangan tersebar di beberapa titik.
Jon juga mengungkapkan bahwa saat melakukan penampangan banyak resikonya, termasuk tanah longsor maupun kekurangan oksigen saat menambang.
Karenanya, dia berharap agar Pemerintah Lingga turun tangan dan mencari solusi atas penambangan timah yang belum mendapatkan legalitas dari Pemerintah.
"Saya selaku masyarakat berharap kepada pemerintah daerah dapatlah kiranya mencarikan solusi agar para pekerja dapat berkerja dengan tenang, aman serta adanya jaminan keselamatan dari pihak asuransi ketenaga kerjaanjya," harap Jon.
[md/sidik]