Kepala sekolah SMPN 28 Batam, Boedi. (Foto: ET) |
Batam, expossidik.com: Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28 Batam merupakan salah satu pilot project Sekolah Penggerak yang melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis proyek penguatan karakter profil pelajar Pancasila yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika.
Acara ini di isi dengan penampilan tari tradisional para peserta didik kelas VII dari berbagai daerah di Indonesia, diantaranya tari tortor dari Sumatera Utara, tari piring dari sumatera Barat, tari joget dangkong dari Kepulauan Riau dan tari balelebo dari Nusa Tenggara Timur.
Kepala sekolah SMP Negeri 28, Boedi mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran kurikulum sekolah penggerak, Kamis (4/11/21).
Dikatakannya, pada tahun ini melaksanakan tiga pembelajaran berbasis proyek, yakni Bhinneka tunggal ika. Kemudian gaya hidup berkelanjutan dan kearifan lokal yang dalam pelaksanaannya didampingi oleh guru lintas mata pelajaran.
Lanjutnya, dalam pelaksanaan proyek ini, siswa tidak dihadapkan kepada teori tetapi lebih kepada proses mengeksplorasi pengalaman. Misalnya proyek pertama ini, anak didik harus menggali dan mempelajari berbagai tarian tradisional yang ada di indonesia, ucapnya.
Ditempat yang sama, Salwenda, koordinator proyek mengatakan tim proyek Bhinneka Tunggal Ika terdiri dari empat orang guru yang lintas mata pelajaran yakni bahasa indonesia, seni budaya, pendidikan jasmani dan kesehatan serta TIK.
Selanjutnya, puncak dari pembelajaran proyek ini adalah pesta selebrasi dengan menampilkan semua tarian yang sudah dipelajari peserta didik dan disaksikan oleh seluruh peserta yang hadir, kata Salwenda.
Anggi, selaku orang tua salah satu murid yang terjun langsung mengajari anaknya menyebut, untuk mempelajari tarian daerah dari Kepulauan Riau yakni tari zapin anambas. Pada awalnya anak saya tidak mengenal tarian tersebut, ia cenderung lebih mengenal tarian modern, tapi setelah mengikuti pembelajaran proyek ini anak saya menyadari bahwa begitu beragamnya tarian tradisional yang dimiliki indonesia, sehingga anak saya lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran ini dengan gembira, ungkapnya.
Salah satu peserta tari, Luthfy mengatakan belajar tari itu sepertinya susah, namun setelah dijalani dengan teman-teman ternyata menyenangkan meskipun saya tidak pandai menari, tapi karena dilakukan bersama teman, saya jadi percaya diri dan tidak malu menari di panggung. Mudah-mudahan tahun depan kami ada kegiatan seperti ini lagi, tuturnya.
Hal senada disampaikan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Destriyana menyampaikan, mudah-mudahan setelah mengikuti ketiga pembelajaran berbasis proyek ini, peserta didik SMPN 28 semakin kreatif, inovatif, kritis, bertanggung jawab dan memperoleh nilai essensial pembelajaran yang lebih bermakna, ungkapnya.
Tampak beberapa orangtua juga menyaksikan penampilan anak didik dengan antusias, Bahkan ada beberapa orangtua yang memberikan saweran ketika ada siswa-siswi yang menari tortor. (ET)