Kabiro Humas Mabes Polri Brigjen Pol Agus Rianto
SINGKIL, EXPOSSIDIK.COM - Meski suasana pasca bentrok di Kabupaten Aceh Singkil sudah mulai kondusif, namun masih banyak warga dari Kecamatan Gunung Meriah dan Kecamatan Simpang Kanan yang tidak berani pulang ke rumah, terutama di malam hari.
Ratusan kepala keluarga di dua kecamatan ini memilih mengungsi ke kecamatan yang berbatasan dengan Sumatera Utara, seperti Kabupaten Phak-Phak Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, hingga ke Sidikalang.
Ada juga warga yang mengungsi ke Kota Subulussalam, yang merupakan kabupaten tetangga yang terdekat bebatasan langsung dengan Singkil.
Umumnya, warga trauma akan suasana rusuh yang melanda pada Selasa lalu. Wakil Bupati Aceh Singkil Dulmusrid mengatakan, hingga saat ini Pemerintahan Kabupaten Singkil masih belum bisa menyebutkan angka pasti jumlah warga yang mengungsi.
“Kami baru mendapat laporan dari camat di Kabupaten Phak-phak Barat, bahwa di daerah mereka terdata 1098 warga Singkil yang mengungsi di sana, selain itu belum ada data,” ujar dia.
Pemerintahan Kabupaten pun, sebut Dulmusrid, sudah mengintruksikan kepada sejumlah camat di Singkil untuk segera mendata warganya yang kini berpindah untuk sementara.
“Kendati demikian, kami juga terus mengimbau agar warga yang sudah meninggalkan rumah-rumah mereka untuk bisa kembali ke desa masing-masing,” kata dia.
Aparat keamanan pun, sebut Dulmusrid, memberi jaminan dan perlindungan hukum bagi semua warga Singkil. Hingga saat ini, aparat kemanan yang terdiri dari polisi dan TNI masih terus berjaga-jaga di lokasi titik awal kerusuhan, terutama di Kecamatan Gunung Meriah dan Kecamatan Simpang Kanan.
Akibat bentrok massa tersebut, seorang warga meninggal dunia, sementara empat lainnya menderita luka-luka, dan dua di antaranya kini dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh untuk menjalani operasi karena menderita luka tembak.
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Anton Charliyan mengatakan, penyidik Polda Aceh meyakini peristiwa pembakaran gereja yang diiringi bentrok warga di Aceh Singkil, Selasa (13/10), dipicu provokasi pihak tertentu.
“Penyidik sudah yakin ada provokatornya. Karena jika dilihat peristiwanya, sangat terencana,” ujar Anton di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (15/10). Sejauh ini sudah ada sepuluh tersangka dalam kasus tersebut. Tiga tersangka sudah diperiksa dan ditahan. Sementara sisanya masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Adapun 45 orang dijadikan saksi. Anton belum dapat memastikan peran ke-10 tersangka tersebut.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Agus Rianto menambahkan, Kepolisian memiliki rekaman video peristiwa itu. Penyidik mengandalkan rekaman video itu untuk mencari siapa yang hanya turut serta membakar dan siapa yang berperan sebagai provokator.
“Dari analisis rekaman video, penyidik bisa memetakan siapa yang hanya penggembira, siapa yang menyuruh membakar dan menyerang. Hanya saja belum ketemu,” ujar Agus.
Bentrokan antarwarga di Aceh Singkil pada Selasa terjadi di Desa Suka Makmur sekitar pukul 10.00 dan di Desa Kedangguran, Kecamatan Simpang Kanan, sekitar pukul 12.00. Peristiwa itu menyebabkan Gereja HKI dibakar, seorang warga tewas tertembak, dan empat warga mengalami luka-luka.
Peristiwa itu dipicu oleh sejumlah ormas yang mendesak pemerintah setempat untuk menutup gereja yang tidak berizin pada 6 Oktober dan 8 Oktober. Pemerintah daerah pun menyepakati untuk menutup 10 gereja yang tidak berizin pada 19 Oktober. Namun, ada sejumlah pihak yang tidak sabar.
Ormas yang ada di wilayah itu meminta pemerintah menutup gereja dengan landasan kesepakatan warga Muslim dan Nasrani pada 1979 yang dikuatkan musyawarah pada tahun 2001. Berdasarkan kesepakatan itu, di Aceh Singkil, disetujui berdiri satu gereja dan empat undung-undung (tempat ibadah). Saat ini, ada 23 tempat ibadah dan gereja.
(sumber kompas.com)