Seorang warga yang peduli merawat mangrove. (Foto: Exp) |
Batam, expossidik.com: Hutan mangrove merupakan hutan yang memiliki fungsi yang sangat besar bagi kehidupan lingkungan hidup khususnya bagi masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Kota Batam. Sebagai tumbuhan yang mampu menahan arus laut. Tumbuhan ini juga mampu untuk menahan air laut agar tidak mengikis tanah di garis pantai atau kerap disebut dengan abrasi.
Ramala boru Ginting (60), salah seorang masyarakat Pancur Pelabuhan, Tanjung Piayu, Batam ini contohnya, di usia yang telah menginjak lebih dari separuh abad itu mengaku bahwa menjaga atau melestarian ekosistem mangrove amatlah sangat penting untuk dilakukan.
Kata dia, menjaga atau melestarikan mangrove itu adalah hal yang wajib dilakukan bagi masyarakat pesisir Kota Batam bukan hanya mencegah terjadinya abrasi laut, akan tetapi juga untuk kebaikan nelayan-nelayan yang mencari hasil laut itu sendiri, karena di akar-akar mangrove tersebut dapat menjadi tempat bertelurnya biota laut yang ada sehingga memudahkan para nelayan untuk mencari hasil tangkapan. Atas dorongan tersebutlah membuat dirinya bersama dengan beberapa masyarakat sekitar untuk terjun langsung menjaga dan merawat hutan mangrove yang ada di kawasan Tanjung Piayu, Batam.
Diceritakannya, kegiatan sehari-hari ia bersama beberapa rekannya yakni adalah mencari buah bakau (Propagul) untuk disemai dijadikan bibit sampai tumbuh empat daun baru siap kembali ditanam di hutan mangrove yang telah rusak atau dirusak.
"Penanaman ini bertujuan untuk melindungi masyarakat di sini juga agar tidak kenak banjir lagi. Jadi untuk itulah mangrove ini harus bisa untuk dijaga. Sebenarnya adanya penimbunan yang berbatasan langsung dengan wilayah penanaman kami itu kami tidak suka. Tetapi kami juga sadar bahwa kami tidak berhak untuk ngomong begitu sama mereka. Sakit hati kami sudah kami tanam terus ditimbun lagi sama orang-orang itu. Tapi kembali lagi kami tidak punya kewenangan untuk menghentikan penimbunan itu," ujarnya kepada awak media ketika diwawancara usai melakukan penanam di area Rehabilitasi Hutan Lindung (RHL), Buana Garden, Tanjung Piayu, Batam, Jumat (18/6/2021).
Untuk itu, ia berharap mudah-mudahan tidak ada lagi izin penimbunan mangrove yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terhadap wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan hutan mangrove.
"Jadi inilah keluh kesah kami selama kami melakukan penanaman mangrove yang ada di wilayah Piayu ini. Untuk kegiatan tadi kami melakukan penyulaman namanya, yaitu mereboisasi kembali mangrove yang mati biar dapat tumbuh semua mangrovenya. Kami pun senang kalau yang kami tanam itu tumbuh semua, kalau kami yang tanam itu tidak tumbuh ada rasa sedih kami, sakit hati kami upaya yang kami lakukan untuk menjaga lingkungan di sekitar tempat tinggal kami itu gagal," jelasnya.
Ia berpesan kepada seluruh pihak terkait baik itu pemerintah maupun masyarakat Pancur Pelabuhan sendiri untuk bersama-sama saling menjaga tanaman mangrove ini tumbuh segar semua.
"Kalau ditanya kendala atau tantangan untuk melakukan penanaman ini tentu banyak, tetapi kami hadapi itu semua. Contohnya, ada pemilik tambak udang yang ada di sekitar area penanaman kami dilarang untuk melakukan penanaman mangrove di sana. Kami tetap saja melakukan penanaman karena memang habitatnya di sana. Banyak sekali lah kendala atau tantangan yang kami hadapi untuk melakukan penanaman mangrove di sini. Bukan berarti mematahkan semangat kami untuk tidak melakukan penanaman," tegasnya.
Disinggung soal harapan apa kedepannya yang ingin dicapai oleh Ramala sebagai masyarakat yang peduli akan lingkungan sekitar, ia mengatakan, tentu dirinya mengharapkan kedepannya masyarakat sekitar Tanjung Piayu semuanya sadar untuk sama-sama saling menjaga kelestarian mangrove dan dirinya juga berharap jangan ada lagi aktivitas penimbunan atau penebangan terhadap hutan mangrove.
"Padahal nangis juga mereka itu (Mangrove) tetapi kita tidak dengar. Mereka itukan juga punya nyawa sama kayak kita sama-sama makhluk hidup. Kepada pemerintah kami juga berharap jangan berikan lagi izin penimbunan yang sekiranya akan melakukan pengrusakan terhadap mangrove karena sia-sia saja kami menjaga kelestarian mangrove kalau ujung-ujungnya juga akan ditimbun," harapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh, Roslaini Nainggolan (46) salah seorang warga Pancur Pelabuhan lainnya. Kata dia, alasan dirinya mau juga ikut terlibat dalam menanam mangrove ini adalah karena memang profesinya adalah nelayan sekitar dan tempat tinggal dia juga pinggir laut, sebagai orang yang langsung berhadapan langsung dengan laut tentu maunya laut itu jadi lebih bagus. Karena apabila laut bagus banyak ikan dan biota laut lainnya yang hidup di area tersebut sehingga bisa mengambil hasil laut tersebut.
"Saya dan suami saya itu kan nelayan, sehari-hari kami ini pergi kelaut untuk mencari udang di laut. Dulu waktu masih banyak aktivitas penebangan hutan mangrove atau penimbunan susah sekali mencari udang karena ekosistem mangrove itu rusak, sekarang sudah sedikit berkuranglah semenjak kita sering melakukan penanaman dan memberikan peringatan kepada masyarakat lainnya dan beruntungnya masyarakat sekitar juga sadar merusak mangrove sama saja merusak mata pencarian kita sendiri. Maka dari itu kita berharap dengan adanya keterlibatan masyarakat di sini sendiri untuk menjaga mangrove itu dapat mengurangi penyebab kerusakan hutan mangrove," ungkapnya.
Walaupun belum seratus persen kasus kerusakan hutan mangrove yang terjadi di wilayah Tanjung Piayu berkurang, akan tetapi kata dia, setidaknya sudah ada beberapa masyarakat yang sudah mulai tumbuh kecintaan mereka untuk menjaga hutan mangrove tersebut.
"Memang masih ada beberapa orang yang bandel untuk melakukan pengrusakan terhadap hutan mangrove, untuk itu kita berharap kedepannya sudah tidak ada lagi pengrusakan tersebut setelah melihat kami-kami ini sudah peduli untuk menanam mangrove di sini," bebernya.
Sementara untuk tantangan yang dihadapi sendiri oleh dirinya selama melakukan kegiatan penanaman ada banyak sekali. Mulai dari bertemu dengan ular bakau ketika tengah asik menanam mangrove. Bahkan baru-baru ini juga pihaknya menemukan buaya muara di sekitaran lokasi penanaman.
"Perasaan takut itu sih memang ada. Akan tetapi kita percaya saja, kalau niat kita baik untuk lingkungan, lingkungan itu sendiri akan menjaga kita. Makanya kita tetap lanjut untuk menanam bibit-bibit mangrove ini," tegasnya.
Sementara itu, Noel Simamora (40) yang merupakan warga Pancur Pelabuhan, Tanjung Piayu, Batam yang juga sebagai Kepala penanaman mangrove di lokasi tersebut mengatakan, yang pihaknya lakukan ini awalnya untuk melakukan perawatan terhadap tumbuhan mangrove di sekitar pemukiman mereka agar terhindar dari abrasi laut dan musibah lainnya.
Karena melihat pihaknya melakukan perawatan, penanaman, dan penjagaan terhadap hutan mangrove di wilayah Pancur Pelabuhan, warga lainnya juga ikut tergerak hatinya untuk terlibat secara bersama-sama untuk menjaga eksositem mangrove tersebut.
"Kenapa demikian, karena saya rasa semua warga sadar akan pentingnya ekosistem mangrove itu sendiri, apabila mangrove rusak yang rugi bukan hanya lingkungan melainkan nelayan itu sendiri yang susah untuk mencari hasil tangkapan laut. Kalau untuk penimbunan atau perusakan itu, kami sebagai orang yang terjun langsung dalam bidang mangrove ini sendiri tentu meminta kepada pihak yang bersangkutan untuk menghentikan aktivitas tersebut.
Terlebih lagi, kepada aparat penegak hukum kami juga berharap pihak-pihak yang turut andil dalam pengrusakan tersebut untuk segera ditindak, karena dari aktivitas mereka ini dampaknya bukan hanya masyarakat sekitar tetapi orang lain juga merasakan dampaknya, khususnya para nelayan," ungkapnya.
Kata dia, sebagai masyarakat Pancur Pelabuhan pihaknya juga tak akan henti-hentinya memberitahukan kepada masyarakat setempat untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi di laut, apalagi melakukan pengrusakan mangrove seperti menebang batang mangrove untuk dijadikan arang karena itu dapat berdampak dikemudian hari.
"Kita itu berfikir untuk kedepannya nanti. Untuk anak cucu kita bisa merasakan sendiri kalau ekosistem mangrove itu sehat hasilnya bisa dirasakan sendiri. Maka dari itu kita minta kepada masyarakat yang lain untuk bersama-sama mari menjaga mangrove di daerah kita. Saya pribadi sendiri saja sudah berupaya melakukan pendekatan ke beberapa orang yang sering melakukan penebangan batang mangrove, namun kembali lagi ke alasan utama mereka. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut lantaran faktor ekonomi mereka. Jadi sebagai sesama masyarakat kami juga tidak bisa berbicara banyak untuk memberikan peringatan larangan untuk mereka tidak melakukan penebangan kepada orang-orang itu
Beda cerita kalau pemerintah yang memberitahu mereka, pasti mereka lebih bisa mengerti himbauan-himbauan seperti hal tersebut. Karena kalau kita sendiri yang ngomong kita juga tidak bisa menjamin apa-apa untuk bisa memberikan pekerjaan kepada mereka," keluhnya.
Meskipun begitu, kata dia, pihaknya juga tidak akan bosan-bosan menunjukkan kepada masyarakat lainnya dan pihak penimbun bahwa apa yang dilakukannya ini adalah untuk kepentingan orang banyak di masa depan nantinya.
"Kita berharap nantinya kita bisa secara bersama-sama dari masyarakat di sekitar sini, perangkat RT/RW, pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat yakni Kementrian terkait untuk selalu menjaga ekosistem mangrove itu sendiri," pungkasnya. (Exp)