Plh Wan Zuhendra Pinmpin Upacara Hari Santri Nasional. |
Sebelum menyampaikan sambutan, Wan Zuhendra sedikit bercerita bahwa ia baru pertama kali memakai jas dengan bawahan kain sarung dalam upacara.
“Kita semua harus menghargai kearifan lokal, upacara dengan memakai sarung dan jas,” kata Wan sambil tersenyum dihadapan seluruh peserta upacara.
Saat membacakan sambutan Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Wan Zuhendra menyampaikan ada sembilan alasan dan dasar mengapa pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian yakni;
- Kesadaran harmoni beragama dan berbangsa.
- Metode mengaji dan mengkaji.
- Para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian).
- Pendidikan kemandirian, kerjasama dan saling membantu di kalangan santri.
- Gerakan komunitas seperti kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren.
- Lahirnya beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius.
- Merawat khazanah kearifan lokal.
“Pesantren menjadi ruang yang kondusif untuk menjaga lokalitas di tengah arus zaman yang semakin pragmatis dan materialistis,” ucap Wan membacakan sambutan Menteri Agama RI.
Adapun poin ke delapan tambahnya ialah prinsip maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren.
“Pesantren merupakan tempat menyemai ajaran islam rahmatanlilalamin. Islam ramah dan moderat dalam beragama,” tambah Wan.
Sedangkan poin ke sembilan ialah penanaman spiritual. Tidak hanya soal hukum Islam (fikih) yang didalami, banyak pesantren juga melatih para santrinya untuk tazkiyatunnafs, yaitu proses pembersihan hati.
Diakhir sambutannya, Wan Zuhendra mengucapkan selamat hari santri nasional kepada seluruh santri yang ada di KKA.
“Para santri belajarlah dengan baik dan jangan mengikuti aliran agama yang tidak sesuai kaidah ajaran islam sesungguhnya, apalagi menganut faham radikalisme,” ujarnya.
Terakhir, Wan juga menghimbau agar seluruh elemen masyarakat KKA termasuk para santri tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang belum tentu benar atau hoax.
Jumlah peserta dalam upacara tersebut sekitar 300 orang, yang terdiri dari santri se-KKA dan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta seluruh Kepala Bagian Sekretariat Daerah KKA.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut Ketua MUI KKA, kementrian agama di KKA, perwakilan Lanal Tarempa dan tokoh agama Islam di KKA.
Arthur