Klenteng di Tanjung Balai, Foto BBC |
Menurutnya, kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai Karimun di picu oleh adanya provokasi dari media sosial. Karenanya, dia meminta agar pengguna media sosial tidak memprovokasi karena bisa di jerat UU ITE, ujarnya
Sementara itu, Suhardi selaku Ketua Komunitas Bhuda Indonesia mengatakan bahwa yang terpenting saat ini adalah bahwa setiap komunitas agama yang ada diminta untuk memberikan pencerahan pada umatnya untuk toleran.
"Dengan kejadian ini seharusnya menjadi koreksi bagi setiap komunitas-komunitas umat, untuk memberikan pecerahan pada umatnya agar melakukan toleransi," terangnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Besar Istiqlal bahwa hal ini seharusnya tidak terjadi mengingat umat Bhuda tidak memiliki misi misionaris, terangnya.
Aksi pengrusakan sejumlah tempat ibadah terjadi di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara bermula dilakukan sejumlah pemuda pada Jumat (29/7) malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, aksi pengrusakan ini terjadi begitu saja.
"Awalnya ada seorang warga Tionghoa bernama Meliana (41) meminta untuk menegur Nazir Almakshum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid.
Menurut Nazir, teguran itu disampaikan beberapa kali," beber Rina kepada JawaPos.com, Sabtu (30/7).
Lalu sekitar pukul 20.00 WIB, Nazir menemui Meliana di kediamannya. Ketika itu terjadi cek-cok mulut, sehingga suasana memanas.
"Saat itu sudah memanas, Nazir diamankan ke kantor lurah setempat dan Meliana dan suaminya dibawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan," tutur dia.
Setibanya di Polsek Tanjung Balai Selatan dilakukan pertemuan yang melibatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Tanjung Balai, Ketua FPI Tanjung Balai, Camat dan sejumlah tokoh masyarakat. ***